
Pada 17-18 Februari 2021, saya berkesempatan mengikuti kegiatan Pelatihan Kepemimpinan II di Kasepuhan Pasir Eurih, Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak, Banten. Bersama enam anak muda perempuan dan lima anak muda laki-laki yang merupakan anggota dalam Kelompok Pemuda Adat Kasepuhan (Kompak) Pasir Eurih, serta satu orang teman saya dari Relawan 4 Life.
Di tulisan ini saya akan menceritakan pengalaman saya mengikuti kegiatan tersebut.
Mengisi MBTI
Selepas Isya’, kami berkumpul di saung sebagai agenda hari pertama. Kami duduk melingkar dan saling berkenalan satu sama lain. Sesi ini adalah sesi ringan yang diisi dengan sambutan, pembukaan dan perkenalan singkat. Setelah selesai, kami diberikan sedikit penjelasan mengenai sebuah tes kepribadian yang bernama MBTI. MBTI sendiri adalah tes kepribadian yang sudah cukup populer. Hasil dari tes ini merupakan kombinasi antara beberapa kepribadian yang berjumlah 16 tipe. Tidak ada tipe yang lebih unggul dari yang lain karena setiap tipe memiliki keunikan masing-masing. Setelah penjelasan selesai, masing-masing dari kami diberikan dokumen yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab yang bertujuan untuk mengetahui tipe MBTI masing-masing peserta. Setelah selesai mengisi dokumen tersebut, kami diberikan booklet yang berisi penjelasan dari masing-masing tipe MBTI. Setelah selesai pembahasan ringan kami pun dipersilahkan untuk kembali ke rumah masing-masing dan beristirahat.
Ice Breaking Estafet Kacang Hijau
Pada sesi ini kami semua dibagi ke dalam dua kelompok dengan masing-masing berjumlah tujuh orang. Masing-masing kelompok kemudian berbaris memanjang ke belakang, tiga orang berada di dalam pendopo, satu orang di tangga, dan tiga orang lainnya berada di luar pendopo. Di sisi depan pendopo sudah disediakan sebuah gelas yang terbuat dari kaca dan di dalamnya berisi kacang hijau setinggi kurang lebih satu cm. Peserta paling depan diharuskan mengambil satu butir kacang hijau menggunakan ujung kuku dan dioper ke peserta kedua menggunakan ujung kuku. Hal ini dilakukan sampai peserta paling akhir yang kemudian akan meletakkan kacang hijau tersebut ke dalam gelas kaca yang masih kosong dan menginformasikan peserta lainnya jika sudah berhasil memasukkan kacang hijau ke dalam gelas kaca. Setelah itu, peserta paling depan mengulangi hal yang sama dan setiap kelompok berlomba untuk memasukkan kacang hijau paling banyak. Untuk babak pertama, kedua kelompok diberikan waktu selama tiga menit. Pada babak kedua, waktu yang diberikan tetap tiga menit tetapi dengan sedikit perubahan aturan main.
Di babak kedua, peserta paling depan boleh mengambil kacang hijau secepat mungkin tanpa menunggu aba-aba dari peserta paling belakang. Permainan di babak ini semakin seru karena setiap kelompok diperbolehkan untuk mengganggu kelompok lain. Saya pribadi mengalami kesulitan untuk meraih kacang hijau yang berada di dalam gelas kaca karena jumlah kacang hijau yang terlalu sedikit dan sulit untuk memasukkan jari-jari ke dalam gelas. Tetapi itu menjadi sebuah tantangan yang membuat permainan ini semakin seru. Di akhir permainan, selisih jumlah kacang hijau antara kelompok satu dan kelompok dua hanya dua butir yang diungguli oleh kelompok dua dengan jumlah 26 butir. Permainan ini mengajarkan pentingnya bekerja sama dalam satu tim dan mempertahankan konsentrasi walaupun situasi membuat sulit berkonsentrasi.

Kepribadian menurut Johari Window
Setelah selesai ice breaking, sesi dilanjut dengan membahas mengenai kepribadian berdasarkan Johari Window. Seluruh peserta diajak untuk membuat kelompok yang berisi dua orang dengan orang yang menurut peserta kenal dekat satu sama lain. Setelah itu, kami dibagikan selembar kertas panjang yang berisi daftar kata-kata sifat yang menggambarkan sifat-sifat seseorang. Kami pun diinstruksikan untuk memberikan tanda silang kecil di samping kata sifat yang menggambarkan sifat dari teman satu kelompok kami dan memberikan tanda “P” di samping kata sifat yang menggambarkan sifat dari diri sendiri. Masing-masing berjumlah enam. Kemudian, ketika semua telah selesai, kami diberikan sebuah kertas lagi yang telah dibagi ke dalam empat bagian. Di sebelah kiri atas bertuliskan sifat yang diketahui diri sendiri dan diketahui oleh orang lain, di sisi kiri bawah bertuliskan sifat yang diketahui diri sendiri tetapi tidak diketahui orang lain, di sisi kanan atas bertuliskan sifat yang tidak diketahui diri sendiri tetapi diketahui oleh orang lain dan di sisi kanan bawah bertuliskan sifat yang tidak diketahui diri sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain. Cara mengisi kolom-kolom ini adalah berdasarkan kertas panjang yang telah diberikan di awal tadi, dengan cara memasukkan kata-kata sifat bertanda P dan X ke dalam kolom kiri atas, kata-kata sifat bertanda P ke dalam kolom kiri bawah, dan kata-kata sifat bertanda X ke dalam kolom kanan atas.
Tujuan dari Johari Window ini adalah mengetahui lebih jauh kolom kiri bawah dan kanan atas untuk lebih memahami diri sendiri. Menurut saya pribadi, permainan ini sangat menarik dan baru, dan sangat bisa digunakan ketika ingin mengeksplor diri lebih dalam. Hal ini dibantu dengan adanya kolom-kolom yang telah dibagi menjadi beberapa tempat dan adanya daftar-daftar kata sifat yang sangat membantu dalam mengidentifikasi sifat-sifat mana yang paling menggambarkan diri sendiri untuk kemudian ditempatkan pada kolom-kolom yang telah disediakan.
Pembahasan MBTI
Pembahasan MBTI kali ini merupakan penjelasan yang lebih lengkap dibandingkan dengan sesi MBTI di hari sebelumnya. Kalau hari sebelumnya kami hanya membaca booklet mengenai MBTI, kali ini fasilitator menjelaskan makna dari setiap kepribadian yang merupakan kombinasi tipe-tipe MBTI. Ada beberapa peserta yang belum sempat mengisi dokumen MBTI dan dipersilahkan untuk mengisi terlebih dahulu. Setelah selesai, fasilitator kemudian menjelaskan secara detail dan ringan. Dari setiap kepribadian yang ada, terdapat kelebihan dan kekurangannya masing-masing dan hal tersebut saling melengkapi dengan tipe kepribadian yang lain. Fasilitator juga menjelaskan mengenai pekerjaan yang cocok untuk setiap tipe MBTI serta sifat-sifat yang mungkin pernah dialami oleh peserta lain.
Ice Breaking Mancing Lauk dina Balong Batur
Sesi ini merupakan sesi ice breaking yang bernama “Mancing Lauk dina Balong Batur” yang berarti Memancing di Kolam Orang Lain. Saya belum pernah mendengar permainan ini sebelumnya.
Seluruh peserta dibuat menjadi tiga kelompok yang masing-masing berjumlah lima peserta. Masing-masing kelompok diberikan beberapa waktu untuk mendiskusikan nama kelompoknya. Kemudian setiap kelompok berbaris memanjang ke belakang dan saling berhadapan antara satu kelompok dan kelompok lainnya. Setiap peserta sesuai nomor urutannya diberikan kata kunci yang harus disebutkan ketika nama kelompoknya disebut. Ketika fasilitator menyebutkan nama kelompok, peserta paling belakang menjadi yang pertama menyebutkan kata kuncinya dan dilanjutkan hingga peserta urutan kedua. Ketika sampai di peserta urutan pertama, maka peserta tersebut bebas memilih untuk menyebutkan kelompok manapun. Hal tersebut kemudian diulangi hingga waktu habis. Setiap kelompok mendapatkan kesempatan maksimal tiga kali kesalahan, dimana kesalahan pertama, seluruh anggota kelompok diharuskan memainkan permainan dengan posisi setengah berdiri, pada kesalahan kedua, anggota kelompok diharuskan bermain dengan posisi jongkok dan apabila salah satu peserta membuat kesalahan terakhir maka kelompok tersebut akan kalah.
Permainan ini dipenuhi dengan rasa tegang dan was-was karena permainan ini memerlukan konsentrasi tinggi. Namun, ketika ada kelompok yang salah menyebut kata kunci maka pendopo akan dipenuhi dengan riuh tawa dari seluruh peserta. Permainan ini mengajarkan pentingnya kerjasama dan konsentrasi serta fokus yang cukup tinggi.
Vision Board
Vision Board atau papan visi adalah sebuah materi mengenai pencapaian diri sendiri selama lima tahun ke belakang dan harapan dalam lima tahun yang akan datang. Panitia menyediakan seluruh bahan-bahan yang diperlukan seperti papan infra board, koran, krayon, gunting, lem, sticky notes dan spidol.
Seluruh peserta kemudian dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok satu diarahkan menuju saung dan kelompok dua mengerjakan vision board di pendopo. Setiap peserta diberikan waktu selama 30 menit untuk menyelesaikan papan visi tersebut sekreatif mungkin dengan bahan-bahan yang ada. Setelah selesai, setiap peserta harus mempresentasikan vision board tersebut kepada peserta lainnya dan di pojok kiri dari papan diberikan sebuah kertas kosong yang nantinya akan dituliskan ucapan atau doa oleh peserta lainnya.
Berpikir Positif
Sesi kali ini merupakan sesi berpikir positif. Maksudnya adalah bahwa kami diharuskan mengingat hal-hal positif yang telah dilakukan.
Setiap peserta diberikan sebuah kertas metaplan dan spidol. Fasilitator kemudian menjelaskan bahwa setiap peserta harus menulis hal-hal positif yang pernah dilakukan ke dalam kertas metaplan yang sudah diberikan sebanyak 20 poin. Seluruh peserta dibagi ke dalam dua kelompok. Setiap peserta diberikan waktu beberapa menit untuk mengingat hal-hal positif tersebut. Setelah selesai maka peserta harus mendiskusikan hal-hal positif tersebut di dalam kelompok masing-masing.
Saya memperhatikan bahwa tidak sedikit peserta mengalami kesulitan dalam menyebutkan hal-hal positif yang pernah dilakukan. Beberapa beranggapan bahwa menuliskan hal-hal baik merupakan perilaku sombong. Ini juga yang saya rasakan beberapa waktu lalu ketika saya diharuskan bercerita di hadapan teman-teman mengenai hal-hal yang pernah dicapai, menurut saya waktu itu, hal tersebut merupakan hal yang seharusnya tidak diceritakan kepada orang lain. Namun, seiring waktu saya belajar dan paham bahwa menceritakan hal-hal positif bukanlah hal buruk atau menyombongkan diri, melainkan ini bertujuan untuk lebih menghargai diri sendiri. Saya merasakan apa yang dirasakan teman-teman ketika mengalami kesulitan. Tetapi kemudian fasilitator membantu peserta yang mengalami kesulitan untuk terus mencoba mengingat hal-hal positif, sesimpel apapun itu. Sesi ini merupakan salah satu sesi yang cukup berkesan bagi diri saya pribadi.

Talkshow Membangun Ekowisata dengan Pak Agus Wiyono
Talkshow ini membahas mengenai ekowisata. Pak Agus sendiri sudah memiliki pengalaman yang sangat mumpuni dalam bidang ekowisata. Selama talkshow berlangsung, Pak Agus bercerita tentang pengalamannya yang awalnya menjadi pemandu wisata hingga saat ini menjadi interpreter. Banyak hal yang dipelajari dari talkshow ini seperti diantaranya harus memperhatikan apa yang diinginkan oleh wisatawan dan juga memberi batas kepada wisatawan apa yang boleh dilakukan apa yang tidak.
Pak Agus juga berpesan bahwa dengan adanya ekowisata, budaya setempat tidak boleh sampai tergerus dengan datangnya wisatawan. Cerita yang paling saya ingat adalah ketika Beliau berbagi cerita mengenai pengalaman ekowisatanya di NTT, saat itu ketika wisatawan datang pertama kalinya, wisatawan tersebut memberikan permen kepada anak-anak yang tinggal di sekitar tempat wisata. Setelah itu, ketika wisatawan lain datang beberapa waktu setelahnya, anak-anak lain langsung menghampiri wisatawan dan meminta permen. Selain itu, Pak Agus juga menyinggung mengenai pembagian-pembagian kerja warga, misalnya warga ini akan mengurus makanan, warga lain ada yang mengurus transportasi lokal, warga lain ada yang menyewakan barang-barang. Hal-hal seperti itu yang nantinya perlu diperhatikan lagi ketika akan mengembangkan ekowisata.
Robek Kertas
Robek kertas merupakan salah satu materi yang menjelaskan tentang komunikasi dan komando dalam suatu kelompok. Materi ini disajikan dengan aktivitas yang menarik namun memiliki makna yang sangat dalam. Ini kali pertama saya mengetahui dan melakukan kegiatan ini. Jadi, ini merupakan hal baru.
Seluruh peserta duduk melingkar di dalam pendopo menghadap depan. Setiap peserta dibagikan satu lembar kertas hvs. Setelah semuanya dapat, peserta diharuskan untuk menutup mata. Fasilitator kemudian memberikan beberapa perintah untuk melipat kertas hvs tersebut secara general. Seluruh peserta kemudian harus mengikuti komando tersebut tanpa memperoleh informasi lebih lanjut. Pada perintah pertama, seluruh peserta kebingungan mengenai sisi mana yang harus dilipat. Beberapa peserta bertanya kepada fasilitator namun hanya dijawab terserah. Perintah kedua, hanya beberapa peserta yang mengalami kebingungan. Lambat laun, peserta paham bagaimana cara kerja dari aktivitas ini. Hingga perintah akhir pun peserta kemudian mengikuti arahan dari fasilitator tanpa bertanya lebih lanjut. Ketika selesai, fasilitator memperbolehkan seluruh peserta untuk membuka mata. Setiap orang kemudian melihat kertas peserta lain, dan hasilnya semua berbeda! Sungguh menarik. Saya pun cukup kaget ketika melihat seluruh kertas terlihat berbeda, tidak ada yang sama persis. Fasilitator kemudian memberikan kesempatan kepada para peserta untuk menjelaskan makna dari kegiatan robek kertas ini. Beberapa peserta mencoba untuk menjelaskan melalui perspektif mereka masing-masing. Hingga pada akhirnya seluruh pendapat peserta disimpulkan menjadi satu, yaitu tanpa sebuah komando yang jelas, suatu organisasi akan sulit dalam menjalankan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuannya.
Stereotip, Bias Implisit, Interseksionalitas
Sesi ini juga salah satu sesi yang paling menarik. Setiap peserta mengambil satu kartu yang telah berisi tulisan. Beberapa diantaranya seperti orang papua, orang cina, gay, kristen, orang desa, orang kota, PSK, anak-anak, janda, dll. Peserta lain kemudian menuliskan hal yang pertama kali muncul dalam benak mereka ketika mendengar kata tersebut. Setiap peserta boleh menuliskan banyak hal dalam sticky notes yang berbeda. Nantinya setiap kertas tersebut ditempel pada peserta sesuai dengan tulisan yang terdapat di kartu. Setelah selesai, peserta harus membacakan kesan apa yang mereka dapakan yang tertera pada kertas-kertas tersebut.

Jelajah Kasepuhan
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang paling ditunggu-tunggu. Saat itu sedang hujan, tetapi mendekati waktu acara, hujan mereda. Kami semua mempersiapkan baju yang akan digunakan, payung, jas hujan, caping, sendal, dan lain-lain. Sebelum menjelajah, seluruh peserta dibagi menjadi tiga kelompok dan semua diberi pertanyaan yang sama sejumlah 10 yang harus dijawab di selembar kertas. Pertanyaan yang diberikan adalah seputar Kasepuhan, baik itu sejarah, budaya, makanan lokal, tanaman-tanaman obat, dsb. Kelompok dengan jawaban benar terbanyak akan mendapat kesempatan untuk menjelajah terlebih dahulu. Satu per satu kelompok pun mulai berangkat. Kelompok saya mendapat giliran terakhir. Setelah mendapat giliran, kami diberikan sebuah pertanyaan dan memberikan jawaban. Untuk mengetahui apakah jawaban tersebut salah atau benar, kami harus mencari kata kunci yang digunakan untuk mengetahui jawaban tersebut. Selanjutnya, fasilitator memberikan petunjuk untuk menemukan kata kunci tersebut. Setelah menerima petunjuk pun kami berangkat.
Petunjuk pertama untuk kelompok kami adalah “Cari dua belas huruf pertama di sebuah tiang di Pertigaan Sigoyot.”. Kami semua berjalan menuju pertigaan tersebut dibawah rintik hujan. Dengan jalan yang dipenuhi genangan dan lumpur di beberapa tempat cukup menghambat untuk sampai ke lokasi. Pertigaan Sigoyot letaknya cukup jauh dari tempat kami memulai penjelajahan tadi. Setelah beberapa waktu, kami pun mendekati lokasi yang menjadi petunjuk. Untuk yakin bahwa kode yang kami temukan adalah sesuai dengan petunjuk yang diberikan memakan waktu cukup lama karena beberapa pertimbangan.
Setelah yakin kami pun kembali untuk memberikan petunjuk yang telah ditemukan, dan ternyata jawaban yang kami berikan di awal adalah salah. Kami pun diberikan petunjuk baru, yaitu, “Pergi ke Tanjakan Purut, temukan tulisan putih yang berada di bagian bawah baliho.”. Kami pun berangkat ke lokasi tersebut dan lagi-lagi, lokasinya cukup jauh. Tetapi pemandangan kali ini dipenuhi oleh hutan di sisi kiri dan lembah yang terhalang pohon-pohon di sisi kanan. Setelah sampai, kami pun berusaha mencari tulisan berwarna putih. Awalnya kami cukup ragu dengan tulisan putih yang telah kami temukan, tetapi kami tidak melihat tulisan putih berwarna lain yang ada di baliho sehingga kami memutuskan untuk kembali ke pos awal. Setelah membawa kata kunci kedua, jawaban kami kali ini adalah benar. Kami pun diberikan pertanyaan kedua.
Untuk mengetahui apakah jawaban kami benar atau salah kami harus pergi menuju saung pembuatan gula aren. Perjalanan yang ditempuh cukup jauh dan licin karena trek yang ditempuh adalah tanah dan rumput. Melewati hutan di kiri kanan, akhirnya kami pun sampai di saung pembuatan gula aren. Kami diinstruksikan untuk bertanya mengenai proses pembuatan gula aren dari awal hingga sampai ke tangan konsumen. Saya sempat memvideokan kegiatan selama di saung pembuatan gula aren. Sesampainya di dalam, dijelaskan oleh ibu-ibu yang menjaga saung tersebut proses pengolahan dari penyadapan di pohon aren, kemudian diletakkan di sebuah wadah yang cukup besar, kemudian dipanaskan dan dicetak. Saya sempat mencicipi air rebusan gula aren yang masih bening, orang-orang disana menyebutnya lahang jika airnya sudah dingin, dan wedang jika air niranya masih hangat. Tak hanya itu, pohon aren juga ternyata memiliki banyak manfaat. Buahnya bisa diolah menjadi manisan kolang-kaling atau menjadi kolak. Daunnya bisa digunakan menjadi sapu lidi. Ijuknya bisa dibuat menjadi atap rumah dan sapu ijuk.